0
Di Belakang Layar
Posted by Nisa
on
9:24 AM
Alur-alur
gimana bisa membuat sebuah sinetron mulai dari tahap yang paling dasar
sampai dalam pengambilan gambar..Semoga ini bisa menambah wawasan kalian
dalam dunia per film an..
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tahapan Produksi
Tahapan
Produksi Suatu produksi program TV yang melibatkan banyak peralatan,
orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu
organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang
jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan
dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di
televisi yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), seperti
berikut:
a. Pra-produksi (ide, perencanaan dan persiapan);
Tahap
ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan
baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres.
Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian seperti berikut ini.
1) Penemuan Ide/Pembuatan Skenario Film
Tahap
ini dimulai ketika seorang penulis menemukan ide atau gagasan, membuat
riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan
gagasan menjadi naskah sesudah riset.Tahap ini masih dibagi lagi menjadi
beberapa tahap:
MENENTUKAN CERITA
Sasaran Cerita: Anak-anak, Remaja, Dewasa, dan Umum.*)
Jenis
Cerita: Drama (Tragedi, Komedi, Misteri, Laga, Melodrama, Sejarah,
dll), Dokumenter (Adat Istiadat, Tempat Bersejarah, Biografi, dll),
Propaganda (Layanan Masyarakat & Layanan Niaga).*)
Tema
Cerita: Percintaan, Rumah Tangga, Perselingkuhan, Persahabatan,
Petualangan, Kepahlawanan/Heroik, Balas Dendam, Keagamaan/Religi,
dll.*)
Intisari Cerita/Premise: Sebuah kalimat semacam kata mutiara yang berisi tentang isi cerita tersebut.*)
Ide Cerita: Bisa dari Penulis, Novel, Roman, Cerber, Cerpen, Film, Produser.*)
Alur Cerita/Plot: Plot Lurus (film dan FTV), Plot Bercabang (serial dan stripping).*)
Grafik
Cerita: Grafik ala Aristoteles, Fraytag’s Pyramide, Misbach Yusa Biran,
Hudson, dan Elizabeth Lutters (1= film dan ftv, 2= serial dan
stripping).*)
Setting Cerita: Bisa diartikan sebagai Media/Tempat dan Budaya.
MELAKUKAN OBSERVASI
Observasi
adalah pengamatan terhadap sebuah kasus untuk kebutuhan penulisan
skenario. Pengamatan yang dimaksud di sini bukan sebatas mengamati atau
melihat secara fisik dari dekat ataupun jauh, namun yang lebih penting
kita harus dapat menyelami dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
tokoh tersebut.MELAKUKAN RISET
Riset
hampir sama dengan observasi, namun lebih diartikan penelitian yang
sifatnya mencari data kebenaran tentang sesuatu hal. Riset ini biasanya
dibutuhkan jika kita mendapatkan pesanan tulisan tentang hal-hal yang
bertemakan sejarah atau memerlukan penyelidikan ilmiah.
MENULIS SINOPSIS
Setelah
seluruh hal tentang cerita, observasi, dan riset dipahami, langkah
selanjutnya adalah membuat sinopsis. Ini adalah praktik pertama kita
menulis, sebelum sampai pada tahap membuat skenario. Sinopsis adalah
ringkasan cerita. Namun dalam sebuah cerita film atau sinetron, sinopsis
bukan sekedar ringkasan cerita, melainkan sebuah ikhtisar yang memuat
semua data dan informasi dalam skenario.
MENULIS KERANGKA TOKOH
Setelah
selesai membuat sinopsis, praktik berikutnya adalah membuat kerangka
tokoh dalam bentuk skema, yang menjelaskanhubungan antar tokoh yang ada
dalam skenario. Tokoh-tokoh yang ditampilkan sebaiknya dibatasi pada
tokoh sentral/utama dan pembantu utama saja.
MENULIS PROFIL TOKOH
Berdasarkan
kerangka tokoh yang telah dibuat, kita akan membuat Profil Tokoh satu
persatu dari tokoh yang akan ditampilkan. Profil Tokoh ini sering
disebut dengan karakter tokoh, namun istilah karakter tokoh sengaja
tidak saya pakai karena penjabaran saya tidak sebatas pada karakter tapi
juga fisik dan latar belakang tokoh, yaitu:*) Nama Tokoh*) Tipologi
Tokoh (Tipe Fisik= Piknis, Leptosom, Atletis, Displastis dan Tipe
Psikis= Sanguinis, melankolis, Koleris, Flegmatis.)*) Status Tokoh
(Sudah menikah atau belum)*) Agama Tokoh (Bila untuk cerita religi)*)
Profesi dan Jabatan Tokoh*) Ciri Khusus Tokoh (Ciri Fisik & Ciri
Kelakuan)*) Latar Belakang Tokoh (Keluarga, Budaya, Ekonomi, Sosial,
Pendidikan)*) Peran Tokoh (Protagonis, Antagonis, Tritagonis, Peran
Pembantu)
MENULIS TREATMENT atau SCENE PLOT
Langkah
selanjutnya adalah membuat Treatment/Scene Plot. Treatment adalah
pengembangan jalan cerita dari sebuah sinopsis yang di dalamnya berisi
plot secara detail namun cukup padat. Treatment bisa diartikan sebagai
kerangka skenario yang tugasnya adalah membuat sketsa dari penataan
konstruksi dramatik. Dalam bentuk sketsa ini kita akan mudah
memindah-mindahkan letak urutan peristiwa agar benar-benar tepat.
Yang
tiga babak ini disebut dengan struktur tiga babak (tree acts
structure). Ada juga yang disebut struktur sembilan babak (nine acts
structure), sebagai pengembangan dari yang tiga babak. Yang sembilan
babak ini terdiri dari:
- · Babak 1: kejadian buruk menimpa orang lain.
- · babak 2: pengenalan tokoh utama (protagonis).
- · Babak 3: kejadian buruk menimpa protagonis, atau terlibat/dilibatkan kepada masalah orang lain pada babak 1.
- · Babak 4: protagonis dan antagonis
- · Babab 5: protagonis berusaha keluar dari masalah
- · Babak 6: protagonis salah mengambil jalan
- · Babak 7: protagonis mendapat pertolongan
- · Babak 8: protagonis berusaha keluar dari masalah lagi
- · Babak 9: protagonis dan antagonis berperang, menyelesaikan masalahnya
MEMAHAMI SKENARIO
Setelah
selesai membuat treatment/scene plot, langkah praktik selanjutnya
adalah mulai memahami apa itu skenario. Skenario adalah naskah cerita
yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang, dan siap
digarap dalam bentuk visual. Skenario disebut juga screenplay, sering
diibaratkan banyak hal oleh beberapa penulis skenario. Saya sendiri
lebih merasa pas jika menganggap skenario adalah roh/jiwa dari sebuah
tayangan sinetron atau film. Sementara teori lain mengibaratkan skenario
seperti cetak biru (blue print) bagi insinyur, atau kerangka tubuh bagi
manusia. Semua pengibaratan itu sebenarnya memiliki arti yang kira-kira
sama yaitu bahwa skenario adalah sesuatu yang membuat hidup sebuah
tontonan sinetron atau film. Seperti halnya tubuh tanpa jiwa, atau tubuh
tanpa kerangka, film/sinetron tanpa skenario tak akan ada.
MEMFORMAT SKENARIO
Format
Skenario atau teknik penyusunan skenario, bisa berbeda-beda tergantung
gaya dan selera penulis skenario. Meski dari isi tidak banyak yang
berbeda, format skenario memuat hal-hal sebagai berikut:*) Judul
Scene.*) Nama Pemeran.*) Deskripsi Visual.*) Tokoh Dialog.*)
Beat/Irama/Tempo.*) Dialog (Siapa yg berdialog? Dengan siapa dia
berdialog? Apa latar belakangnya? Di mana berdialognya? Suasanan hatinya
bagaimana? Apa tujuan dialog tersebut? Dsb.)*) Transisi.
HARUS ADA UNSUR DRAMATIK
Dalam
skenario harus juga termuat Unsur Dramatik. Unsur Dramatik dalam
istilah lain disebut Dramaturgi, yakin unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya.*)
Konflik: Permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan pertentangan
dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan dramatik yang menarik.
Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak berhasil mencapai apa
yang diinginkannya.*) Suspense: Ketegangan. Ketegangan yang dimaksud di
sini tidak berkaitan dengan hal yang menakutkan, melainkan menanti
sesuatu yang bakal terjadi, atau harap-harap cemas (H2C). Penonton
digiring agar merasa berdebar-debar menanti risiko yang bakal dihadapi
oleh tokoh dalam menghadapi problemnya.*) Curiosity: rasa ingin tahu
atau penasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan. Hal
ini bisa ditimbulkan dengan cara menampilkan sesuatu yang aneh sehingga
memancing keingintahuan penonton. Atau bisa juga dengan cara mengulur
informasi sehingga membuat penonton merasa penasaran.*) Surprise:
Kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan surprise pada penonton
timbul karena jawaban yang mereka saksikan adalah diluar dugaan. Untuk
bisa menimbulkan efek surprise pada penonton, kita harus membuat cerita
yang tidak mudah ditebak oleh penonton.
Tiga
puluh tujuh situasi dramatik ini saya ambil dari sff.net dan saya
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena saya pikir sangat berguna
buat para calon sineas (atau mungkin sudah sineas) Indonesia yang ingin
membuat film tapi tak kunjung berhasil membuat suatu karya yang memiliki
cerita yang dramatik. Situasi-situasi ini dapat anda terapkan kedalam
film anda dan memungkinkan anda untuk mengembangkannya.Georges Polti
mengatakan bahwa semua cerita yang ada di dunia ini pada dasarnya
terbuat dari 36 situasi dramatik dan berangkat dari situasi-situasi itu.
Ada orang lain (tidak diketahui) yang menambahkan situasi dramatik
ke-37.
Urutannya acak, dan bukan berarti nomor satu adalah situasi paling dramatik. Klik pada linknya untuk penjelasan lebih detail.
1. Supplication (Permohonan)
2. Deliverance (Pembebasan/Pelepasan)
3. Crime Punished by Vengeance (Kejahatan yang Dihukum dengan Balas Dendam)
4. Vengeance Taken For Kindred Upon Kindred (Dendam oleh Anggota Keluarga kepada Anggota Keluarga)
5. Pursuit (Pengejaran)
6. Disaster (Bencana)
7. Falling Prey to Cruelty or Misfortune (Korban yang Jatuh ke dalam Kekejaman atau Kesengsaraan)
8. Revolt (Revolusi)
9. Daring Enterprise (Sekelompok Orang yang Berani)
10. Abduction (Penculikan)
11. The Enigma (Teka-teki)
12. Obtaining (Usaha untuk Memperoleh)
13. Enmity of Kinsmen (Persengkataan Dalam Keluarga)
14. Rivalry of Kinsmen (Persaingan antar Anggota Keluarga)
15. Murderous Adultery (Pembunuhan karena Perzinahan)
16. Madness (Kegilaan)
17. Fatal Imprudence (Kelalaian yang Fatal)
18. Involuntary Crimes of Love (Kejahatan Cinta yang Tak Disengaja)
19. Slaying of a Kinsman Unrecognized (Membunuh Orang Tak Dikenal yang Ternyata Anggota Keluarga Sendiri)
20. Self-sacrificing for an Ideal (Pengorbanan Untuk Sebuah Idealisme)
21. Self-sacrifice for Kindred (Pengorbanan Untuk Anggota Keluarga/Kerabat)
22. All Sacrificed for a Passion (Pengorbanan Banyak Orang untuk Sebuah Hasrat)
23. Necessity of Sacrificing Loved Ones (Perlunya Mengorbankan Orang yang Dicintai)
24. Rivalry of Superior and Inferior (Persaingan antara yang "Kuat" dan "Lemah")
25. Adultery (Perzinahan)
26. Crimes of Love (Kejahatan Cinta (hoho)) ( CINTA FITRI BANNGEEETTT)
27. Discovery of the Dishonor of a Loved One (Terungkapnya Perbuatan Tidak Terhormat dari Orang yang Dicintai)
28. Obstacles to Love (Kendala dalam Mencapai Cinta)
29. An Enemy Loved (Mencintai Musuh)
30. Ambition (Ambisi)
31. Conflict With a God (Konflik dengan Tuhan/Dewa)
32. Mistaken Jealousy (Kecemburuan namun SalahPaham)
33. Erroneous Judgement (Keputusan yang Keliru)
34. Remorse (Penyesalan yang Mendalam)
35. Recovery of a Lost One (Ditemukannya Sesuatu yang Dicintai)
36. Loss of Loved Ones (Hilangnya Sesuatu yang Dicintai)
37. Mistaken Identity (Kekeliruan Identitas)
BAHASA DALAM SKENARIO
Sebaiknya
bahasa yang digunakan pada dialog dalam skenario bukanlah bahasa buku,
melainkan bahasa lisan yang biasa digunakan sehari-hari, kecuali pada
deskripsi visual. Pada deskripsi visual kita bisa menggunakan bahasa
buku mengingat kegunaannya yang memang untuk dibaca dan divisualkan,
bukan sebuah kalimat yang harus diucapkan tokoh dalam tayangan sinetron
atau film.
MENULIS SKENARIO
Setelah
Anda mencermati dan memahami segala aspek yang sudah ditulis dalam
teori ini, niscaya menulis skenario menjadi pekerjaan yang paling mudah,
seakan tinggal merangkai kalimat. Maka saat hendak menulis skenario,
lepaskan pikiran kita dari hal-hal yang berada di luar cerita yang akan
kita tulis. Masuklah dan sedapat mungkin menjadikan diri kita berada
pada posisi tokoh-tokoh kita. Sehingga saat akan menulis dialog,
segalanya akan muncul dengan sendirinya mewakili karakter tokoh-tokoh
yang akan kita munculkan. Jika kita telah siap memosisikan diri sebagai
tokoh-tokoh tersebut, kita tak perlu ragu lagi untuk duduk dan mulai
menulis skenario kita.
ini contoh skenario:
Fade In
Act 1
01. EXT. MALL-PAGI (HARI 1)
Pemain: Fitri,Faiz
Fitri dan Faiz ingin bertemu di sebuah mall untuk membahas rencana menemukan Lia...
FAIZ:
Fit..Kamu kemana aja semalam..Semalam Polisi itu nyari-nyari kamu..
FITRI:
Semalem aq ngumpet di gudang belakang Rumah..Dan aq melihat Farel membakar Foto2 aq..
FAIZ:
Sekarang apa yang harus kita lakuin Fit..Mami sekarang disekap sama Mischa..Dan sekarang kamu menjadi Buronan Polisi
Dialog dan seterusnya….
CUT TO
02. INT.RUANG TENGAH – SIANG (HARI 1)
Pemain: Farel,Mischa
Farel
duduk di kursi dengan perasaan yang galau..Dan Mischa mendekati Farel
untuk meyakinkan Farel bahwa ini semua adalah perbuatan Fitri
Mischa:
Yank..Kamu
kenapa yank??Udahlah yank..Lebih baik kita serahin ini semua ke
Polisi...Biar Polisi yang mengurus Fitri..Sudah terbukti bahwa Fitri lah
yang membunuh mami..
Farel:
AQ
gak tau Mis..AQ sedang bingung saat ini..rasanya aq gak percaya Fitri
bisa melakukan hal ini..( dengan mata yang berkaca-kaca )
Dst
CUT TO
03…………….
04………………….
FADE OUT
Keterangan:
Fade In : Cerita dimulai
Act 1 : Babak 1
01 : Scene 1 (scene [pemandangan]= potongan peristiwa)
EXT : Exterior (peristiwa terjadi di luar), INT=interior
MALL,RUANG TENGAH : Lokasi peristiwa
Pagi : Waktu kejadian
Hari 1 : Hari kejadian (untuk membedakan kostum dll)
Pemain: ….. : Pemain yang main pada film
CUT TO : Pemisah antar scene.
Fade Out : Tanda cerita sudah usai
Selain Cut To masih ada turunannya spt: intercut to, disslove to, paralel cut to, dll
Setelah
membaca dialog diatas kalian kalian akan tau seberapa banyak dialog
yang diciptakan dalam 1 eps..selain menguras pikiran dan tenaga juga
menguras waktu
HAL PENTING DALAM MENULIS SKENARIO:
*) Jangan sampai lupa unsur-unsur dramatik.
*) Dialog jangan verbal.
*) Plot jangan melebar ke hal-hal yang tidak perlu.
*) Hubungan antar tokoh harus jelas.
*) Grafik cerita yang dibangun jangan sampai kendur.
*) Dalam deskripsi jika hendak menjelaskan tentang beberapa tokoh berbeda, pakailah baris tersendiri pada setiap tokohnya.
*) Buatlah konflik dalam setiap scene-nya.
*) Pahamilah tanda baca yang benar, terutama pada kolom dialog.
*) Jagalah continuity karakter tokoh.
*)
Perhitungkan saat commercial break (iklan). Berikan suspense pada scene
sebelum commercial break, hal ini penting untuk emngikat penonton.
*)
Perhatikan juga unsur parallel cutting, yaitu adegan kesinambungan,
atau dua unsur peristiwa yang ditampilkan dalam waktu bersamaan atau
terkesan bersamaan.
*) Hal lain yang perlu kita ingat adalah factor symbol. Hal ini ditampilkan agar gambar tidak vulgar di layar.
*) Jangan emmbuat adegan dalam scene yang isinya hampir sama.
*)
Yang tak kalah pentingnya adalah daya imajinasi harus kita kerahkan
semaksimal mungkin sehingga dalam cerita kita timbul fantasi dan sensasi
cerita yang berbeda.
PERTANYAAN PENTING
Ada 7 pertanyaan penting yang harus dijawab penulis skenario agar skenarionya bagus. Tujuh pertanyaan itu ialah:
1. Siapa tokoh utamanya?
2. Apa yang diinginkan oleh tokoh utama?
3. Siapa antaginisnya? Apa hal yang menghalangi tercapainya keinginan protagonis?
4. Bagaimana protagonis bisa mencapai keinginannya?
5. Apa pesan yang ingin kamu sampaikan dalam cerita itu?
6. Bagaimana kamu nyeritain cerita itu?
7. Bagaimana perubahan nasib tokoh-tokohnya?
Itulah “prosedur” penulisan skenario film. Lebih jelasnya kamu bisa baca pada buku-buku panduan menulis skenario.
HAL YANG HARUS TERDAPAT DALAM SKENARIO
Siti Nurbaya. Plot
yang paling laku dipakai adalah seputar pernikahan. Detil konflik
boleh bermacam-macam, tapi harus ada minimal sepasang manusia (biasanya
tokoh utamanya) yang menjalin cinta namun tidak disetujui oleh para
orang tua. Sebagai tambahan, perlu diingat pula bahwa hal yang paling
sering menyebabkan para orang tua tidak merestui hubungan anak-anaknya
dengan seseorang (paling tidak di jagat sinetron) adalah beda status
ekonomi. Dendam keluarga di masa lampau menyusul pada posisi kedua.
Fisik. Kegantengan
/ kecantikan tokoh utama harus selalu didahulukan daripada
faktor-faktor lainnya. Akting tidak perlu terlampau dipusingkan, karena
berdasarkan data statistik, orang-orang menonton sinetron hanya karena
tidak punya hal lain yang lebih menarik untuk dilakukan. Alternatif
pengisi waktu kosong yang terbaik adalah memandangi para aktor yang
ganteng dan cantik. Karena itu, berikanlah apa yang para pemirsa
inginkan!
Totalitas. Dalam
membuat skenario tidak boleh tanggung-tanggung. Artinya, kalau mau
menciptakan karakter orang kaya, sekalian saja ciptakan karakter selevel
Paris Hilton ; anak orang kaya yang akan tetap kaya meskipun kerjanya
cuma dugem. Kalau mau menciptakan karakter orang miskin, tidak
cukup dengan rumah gubuk dan hutang yang tak mungkin lunas tujuh
turunan, sekalian ciptakan pula pemeran pembantu yang akan menindas
mereka sehabis-habisnya. Kalau kejam tidak boleh tanggung-tanggung,
demikian juga orang baik tidak boleh tanggung-tanggung.
Simpati. Karena
bangsa kita ini memiliki sejarah ratusan tahun sebagai budak beliannya
bangsa lain, maka penonton akan segera simpati pada mereka yang
tertindas. Dengan demikian, menciptakan tokoh utama yang tertindas
adalah suatu langkah yang amat strategis. Untuk menciptakan ikatan
simpati yang lebih kuat lagi antara penonton dan tokoh utama, maka
biarkan ia mengalami musibah yang bertubi-tubi.
Air Mata. Anda
perlu mempertimbangkan karakter-karakter yang mudah menangis untuk
membangun simpati penonton secara lebih mendalam. Sebagai model, boleh
mencontoh karakter yang diperankan oleh Naysilla Mirdad di sinetron
“Intan” atau tokoh utama di sinetron “Candy”. Walaupun kerjanya hanya
menangis, tapi hasilnya terbukti efektif untuk meningkatkan rating sinetron.
Plot-Plot Umum.
Ada beberapa plot yang sangat umum digunakan, dan kenyataannya masih
laku hingga detik ini. Misalnya, Anda bisa menciptakan tokoh utama yang
lahir dari keluarga superkaya (bukan sekedar kaya) yang sejak bayi
sudah dipisahkan dari keluarganya karena suatu sebab dan harus menjalani
hidup yang berat sebagai orang miskin. Anda juga bisa menciptakan
tokoh yang hamil di luar nikah dan kemudian ditelantarkan oleh
pasangannya. Dan, tentu saja, seperti telah ditegaskan pada poin
pertama, konflik ‘ala Siti Nurbaya’ nyaris selalu menjadi inti
ceritanya.
Learn From The Best. Kalau
Anda mengetahui film seri dari luar negeri (biasanya seputar Jepang,
Taiwan atau Korea) yang Anda rasa bagus, jangan malu-malu untuk
menirunya. Bagaimana pun, kita hanya bisa sukses dengan meniru cara
orang lain yang sudah duluan sukses, bukan? Menulis skenario sinetron
tidak mesti kaku seperti menyusun skripsi. Sekarang, copy-paste dari komik pun dianggap sah dan tidak memalukan.
Yadi dan Eeng.
Walaupun tokoh utama bisa berbeda-beda karakternya, tapi di jaman
sekarang ini selalu ada tempat untuk Yadi Timo dan Eeng Saptahadi. Ada
baiknya Anda mempertimbangkan untuk memakai salah satu atau keduanya
dalam sinetron Anda nanti. Meskipun sebagai penulis skenario
kemungkinan besar Anda tidak akan terlibat dalam proses casting,
tapi Anda boleh yakin bahwa jika skenario Anda benar-benar diolah
menjadi sinetron, maka 80% kemungkinan satu dari dua aktor ini akan
bermain di dalamnya. Anda sudah tahu tipikal karakter yang mereka
perankan, bukan?
Segar.
Meskipun Anda berniat membuat sebuah kisah drama tragedi yang serius
dan (dimaksudkan untuk) membuat para penonton berpikir keras, namun Anda
harus pandai-pandai menyisipkan elemen-elemen konyol untuk menjaganya
tetap segar. Biasanya selalu ada pemeran pembantu culun untuk memenuhi maksud ini.
Tikungan.
Dalam logika sinetron, jika karakter bikinan Anda berlari-lari di
tikungan jalan, maka 90% kemungkinan ia akan tertabrak mobil yang sedang
melintas kencang. Nyaris 100% kemungkinan ia tak sadarkan diri, dan
hampir semuanya mengalami satu dari dua masalah : (a) amnesia, atau (b)
lumpuh.
Penyakit.
Jika Anda ingin karakter Anda memiliki tempat yang spesial di hati
pemirsa, maka penyakitnya pun harus spesial. Jangan susahkan diri Anda
dengan penyakit-penyakit ‘level rendah’ macam batuk-pilek dan flu.
Statistik menunjukkan bahwa nyaris semua sinetron ‘dibumbui’ dengan
kanker otak, leukimia, dan kadang-kadang juga AIDS (khusus yang satu ini
dianggap tidak cocok untuk menarik simpati pemirsa). Dan jangan lupa,
dalam jagat sinetron, dokter umum mana pun bisa memastikan keberadaan
penyakit semacam tumor atau kelainan jantung hanya dengan pemeriksaan
sedikit saja. Anda tidak perlu pusing dengan laboratorium.
Aksesoris. Jika Anda merencanakan kisah seputar remaja, maka perlu mempersiapkan aksesoris yang wah.
Untuk siswi sekolah harus diberikan ragam aksesoris yang berwarna-warni
dan berukuran besar, misalnya anting-anting yang nampak mencolok dan
kalung yang menjuntai kemana-mana. Untuk siswanya, Anda harus
memberikan porsi yang cukup untuk gel rambut. Ya, bagi remaja
lelaki versi sinetron, gaya rambut adalah hal yang sangat penting. Gaya
rambut berdiri di tengah ala Beckham biasanya selalu ada, dan ada
sekian banyak variasi lain yang bisa Anda pilih. Ingat pula bahwa dalam
sinetron, para pelajar tidak pernah memasukkan baju seragam sekolahnya
ke dalam celana atau roknya.
2) Perencanaan
Tahap
ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule),
penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan crew. Selain estimasi
biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari
perencanaan yang perlu dibuat secara hatihati dan teliti.
3) Persiapan
Tahap
ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan dan surat-menyurat.
Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi
peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan
menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan. Kunci
keberhasilan produksi program TV sangat ditentukan oleh keberesan tahap
perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada kemampuan
teknis sering mengabaikan halhal yang sifatnya pemikiran di atas kertas.
Dalam produksi program TV, hal itu dapat berakibat kegagalan. Sebagian
besar pekerjaan dalam produksi program TV bukan shooting di lapangan.
Shooting di lapangan hanya memerlukan waktu 7 atau 10 hari. Namun,
perencanaan dan persiapan dapat makan waktu beberapa minggu dengan lebih
banyak menggunakan kertas-kertas dan pena daripada kamera atau
peralatan teknik yang lain.
b. Produksi (pelaksanaan);
Baru
sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi
dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba
mewujudkan apa y ang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting
script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita. Dalam
pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shot yang akan
diambil di dalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu
daftar shot (shot list) dari setiap adegan. Sering terjadi satu kalimat
dalam skenario (naskah sinetron atau film cerita) dipecah menjadi empat
shot atau lebih.
Di
dalam pelaksanaan di lapangan penata cahaya harus mempersiapkan wajah
Yuni tidak terlalu kontras tampak di kamera karena panas matahari.
Bayangan yang terjadi perlu dikurangi ketajaman kontrasnya dengan
imbangan lampu yang sangat diperhitungkan. Sementara itu, wajah Andi
dari balik kaca mobil perlu kclilnatan tanpa mengurangi kewajaran. Semua
shot yang dibuat dicatat oleh bagian penrUal shot dengan mencatat time
code pada saat mulai pengambilan, isi shot dan time code pada akhir
pengambilan adegan. Kode waktu (time code) adalah nomor pada pita. Nomor
itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan
kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing. Biasanya gambar
hasil shooting dikontrol setiap malam diakhir shooting hari itu untuk
melihat apakah hasil pengambilan gambar sungguh baik. Apabila tidak maka
adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan di
dalam naskah selesai diambil maka hasil gambar ash (original material/
row footage) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam
proses post production, yaitu editing.
c. pasca-produksi (penyelesaian dan penayangan).
Pasca-produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing off line, editing on line, dan mixing.
(1) Editing off line
Setelah
shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat
kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di
dalam logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul dalam
gambar) dan hasil pengambilan setiap shot dicatat. Kemudian berdasarkan
catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing
off line (dengan copy video VHS supaya murah) sesuai dengan gagasan yang
ada dalam sinopsis dan treatment. Materi hasil shooting langsung
dipilih dan disambung- sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini
jadi, hasilnya dilihat dengan saksama dalam screening. Apabila masih
perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan
sampai hasilnya memuaskan. Sesudah hasil editing off line itu dirasa
pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini
sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu
diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan
skenario. Di dalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu tertulis
jelas untuk memudahkan pekerjaan editor. Kemudian hasil shooting asli
dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dibuat editing online.
Kaset VHS hasil editing off line dipergunakan sebagai pedoman oleh
editor.
(2) Editing on line
Berdasarkan
naskah editing, editor mengedit hasil shooting ash. Sambungan-
sambungan setiap shot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan
catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula sound asli
dimasukkan dengan level yang sempurna. Setelah editing on line ini siap,
proses berlanjut dengan mixing. Pengarah acara didampingi operator VCR
dan switcher yang sedang mengoperasikan mixer.
(3) Mixing
Narasi
yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam,
dimasukkan ke dalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk
atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara
sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak saling Inengganggu dan terdengar jelas. Sesudah
proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting dalam post
production sudah selesai. Secara menyeluruh produksi juga sudah selesai.
Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview. Penayangan program
di stasiun TV dibatasi oleh frame waktu. Oleh karena itu, dalam
screening hal ini juga perlu diperhatikan. Apabila program ternyata
melebihi frame waktu yang disediakan, harus dipotong di tempat yang
tidak akan mengganggu kontinuitas program. Selebihnya panayangan menjadi
tanggung jawab petugas dari stasiun TV. Pemikiran-pemikiran itu
merupakan hal yang sangat penting bagi seorang produser, penulis naskah
dan sutradara. Pemikiran itu akan melahirkan mekanisme kerja yang penuh
pemikiran, teratur, sistematis dan tepat waktu. Semua itu sangat
diperlukan dalam suatu produksi program TV dengan video.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nah,
semua hal tentang pembuatan skenario ini hanyalah masalah teori. Secara
praktiknya, bisa saja kita sedikit bergeser karena dalam membuat
skenario kita memang tidak bisa lugas. Jika feeling kita merasakan ada
dramatik yang lebih menarik, teori bisa saja dikesampingkan. Sebab
skenario tak ubahnya sebuah karya seni. Seni bukanlah matematika, jadi
bisa saja 1+1=3. Dan bukan tidak mungkin terjadi
perkembangan-perkembangan lain dalam teori penulisan skenario, seiring
dengan perkembangan zaman.
Jika
kita berbicara untuk Indonesia, semua itu tak lepas dari infrastruktur
dan SDM yang dimiliki oleh sineas Indonesia, teori ini saya sesuaikan
dengan kebutuhan di Indonesia, tak adil jika kita hendak mengacu pada
teori penulisan skenario ala Hollywood.
copied from :: http://www.facebook.com/notes/fitri-farel-raffa/tahap-tahap-dalam-membuat-sebuah-sinetrondrama/150556381631359